Jumat, 21 Januari 2011

KEKUATAN ALLAH DI DALAM KELEMAHAN KITA

“Jika aku lemah, maka aku kuat,” kata Paulus dalam II Korintus 12:10. Apa yang ia maksudkan nampaknya merupakan pernyataan yang bertentangan, bukan? Paling tidak, saya menemukan tiga hal yang baik yang dapat dilakukan oleh perasaan lemah itu bagi kita.

Pertama, perasaan lemah itu menjaga kita untuk tetap rendah hati dan membuat kita simpatik. Kita tidak akan tergoda untuk membual bahwa kita telah melakukan sesuatu dengan usaha kita sendiri, tanpa bantuan orang lain atau pertolongan Allah.

Kedua, perasaan lemah itu menuntun kita atau mengantarkan kita kepada Kristus. Kalau segala sesuatunya berlangsung dengan baik, kalau kita kelihatannya berhasil, kalau kita merasa kita dapat melakukan apa yang kita ingin lakukan dan kita cukup kuat untuk melangkahi rintangan yang terhampar di jalan kita, kita mungkin melupakan Kristus. Kita beraksi seolah-olah kita dapat berbuat apa saja tanpa pertolonganNya, kendatipun kita tidak menyatakannya dengan banyak bicara. Tetapi kalau kita tidak berdaya dan terjerembab, kita hanya dapat berdoa. Kalau kekuatan kita sendiri telah habis, kita mengulurkan tangan kepada Kristus.

Ketiga, dengan mengulurkan tangan pada Kristus, kelemahan kita menjadi kekuatan -- kekuatan yang nyata, karena kekuatan itu adalah kekuatanNya, bukan kekuatan kita.

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13)

Minggu, 16 Januari 2011

Pertanyaan???


Alkitab mengatakan bahwa jika saya meminta apa saja di dalam nama Yesus, percaya, maka doa saya akan dijawab. Saya berdoa untuk ibu saya, yang sangat menderita sakit. Hati saya “benar” di hadapan Allah, tetapi ibu saya meninggal. Apa salah saya sehingga Allah tidak menyembuhkan ibu saya?”
Pertama, “meminta di dalam nama Yesus” berarti meminta dalam harmoni dengan tabiat-Nya dan jalan-Nya.
Kedua, kalau saudara berpasrah kepada Allah dengan tulus, terimalah jawaban-Nya sebagai ungkapan yang terbaik dari Dia, dalam kasih kepada saudara, dan bersukacitalah dalam pengetahuan-Nya yang akbar dan dalam kasih-Nya yang sempurna.
Ketiga, sering-seringlah mengambil waktu, melihat kebelakang, untuk mendapatkan keseluruhan gambar arahan Allah. Mungkin tidak harus menunggu hingga saudara tiba di sorga untuk saudara mengerti sepenuhnya situasi seperti ini.
Keempat, di dalam Alkitab, bilamana jawaban Allah “tidak”, Ia selalu mempunyai maksud yang lebih besar dan kekal (Mark. 14:35,36; Ibrani 5:7-10).

Sabtu, 08 Januari 2011

Teratai di Rawa


Suatu hari ada dua orang Kristen melewati sebuah rawa-rawa yang berlumpur dan kotor. Mereka sama-sama melihat bunga teratai di tengah rawa-rawa itu. Mereka berdua berhenti dan mengamati bunga teratai ungu yang indah itu. Tanpa bersuara mereka berdua memberi komentar. Orang Kristen pertama mengernyitkan dahinya dan berkata dalam hatinya: “Huh, Tuhan ini bagaimana sih, masak bunga yang indah dan cantik seperti teratai ini kok ditumbuhkan di tengah-tengah rawa-rawa yang kotor, bau dan berlumpur ini!” Kemudian dia berlalu dengan tetap mengernyitkan dahi dan muka agak muram.
Berbeda dengan orang Kristen yang kedua. Tampak senyum di wajahnya dan dengan mata terkagum-kagum, ia berbicara dalam hati: “Wow, Tuhan Yesus itu luar biasa ya. Bagaimana mungkin menciptakan dan menumbuhkan bunga yang sedemikian indah dan cantik di tengah rawa-rawa yang bau, kotor dan berlumpur ini?” Dia pun berlalu dengan wajah ceria dan terkagum.
Jika diperhatikan orang Kristen yang pertama lebih menekankan rawa-rawa yang bau, kotor dan berlumpur ketimbang bunga teratai yang ditumbuhkan Tuhan sehingga tidak dapat melihat kebesaran dan kebaikan Tuhan, berbeda dengan orang Kristen yang kedua. Nah, Saudara orang Kristen yang pertama atau yang kedua?

Cari Blog Ini

ALBUM KENANGAN